top of page

Equityworld Futures Semarang : Dolar Australia di Level Termurah 1 Bulan


Equityworld Futures Semarang (22 April) - Nilai tukar dolar Australia turun lagi melawan rupiah pada perdagangan Jumat (22/4/2022) hingga menyentuh level terendah dalam satu bulan terakhir. Mata uang Negeri Kanguru ini bergerak di kisaran Rp 10.500/AU$, padahal di awal bulan ini nyaris menyentuh Rp 11.000/US$.


Kemarin dolar Australia merosot 1,1% dan berlanjut lagi 0,43% pagi ini ke Rp 10.427/AU$ yang merupakan level terendah sejak 17 Maret lalu.


Dolar Australia sebenarnya sedang mendapat sentimen positif dari kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Namun, pelaku pasar saat ini data inflasi kuartal I-2022 yang akan dirilis pada 27 April mendatang, agar lebih yakin bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan menaikkan suku bunga di bulan Juni.


Kenaikan tersebut akan menjadi awal dari periode kenaikan suku bunga. Bahkan bank sentral pimpinan Philip Lowe ini diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 200 basis poin.


Jika itu terjadi, maka RBA akan sangat agresif, dan dolar Australia berpeluang kembali melesat.


Inflasi di Australia sebenarnya sudah mencapai target RBA, dan jika terus menanjak maka kemungkinan agresif akan semakin besar. Lihat saja bagaimana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang saat ini sangat agresif dalam menaikkan suku bunga, padahal sebelumnya selalu menyatakan akan bersabar.


Biro Statistik Australia pada akhir Januari lalu melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 dilaporkan tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.


Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.


Di sisi lain, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan masih akan bersabar menaikkan suku bunga. Ia sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah. Hal ini terkait dengan kenaikan beberapa harga, seperti Pertamax yang ditentukan pemerintah.


Yang direspon oleh BI adalah dampak second round yang terlihat dari inflasi inti. BI juga menyatakan terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.


"Esensinya sabar, menunggu koordinasi lebih lanjut, pada waktunya kami akan menjelaskan, komitmen kami menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/4/2022).



bottom of page