top of page

Equityworld Futures Semarang : Rupiah Start Apik, eh...Malah Finis Paling Buncit

  • Writer: PT Equityworld Futures Semarang
    PT Equityworld Futures Semarang
  • Aug 19, 2020
  • 2 min read

Equityworld Futures Semarang - Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (6/8/2020) padahal di pembukaan perdagangan menunjukkan pergerakan yang meyakinkan.


Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di pasar spot dengan menguat 0,48% di Rp 14.450/US$. Tetapi kurang dari satu jam kemudian rupiah langsung melemah, dan tertahan di zona merah. Depresiasi rupiah terus membengkak hingga 0,55% di Rp 14.600/US$.

Di akhir perdagangan, pelemahan berhasil dipangkas, rupiah berada di level Rp 14.580/US$ atau melemah 0,41%.


Meski berhasil memangkas pelemahan, tetapi rupiah gagal memperbaiki posisinya di klasemen mata uang utama Asia. Rupiah berada diposisi paling buncit.


Tengah hari tadi, hanya rupiah dan baht Thailand yang mengalami pelemahan, tetapi sore ini, mayoritas masuk ke zona merah. Artinya dolar AS perlahan bangkit dari keterpurukan, meski kemungkinan besar akibat faktor teknikal.


Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:10 WIB.


Rupiah di awal perdagangan ini mendapat tenaga merespon rencana bantuan sosial (bansos) tunai yang akan diberikan pemerintah bagi para pekerja yang bergaji di bawah Rp 5 juta.


Hal ini masuk ke dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disampaikan langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Rabu (5/8/2020) sore setelah pasar dalam negeri tutup, sehingga baru direspon pagi ini.


"Ke depan langkah percepatan belanja dilakukan untuk lindungi masyarakat, meningkatkan kemampuan juga dalam menangani Covid-19," kata Sri Mulyani.


Dalam hal belanja, maka akan ada tambahan bansos [bantuan sosial] hingga Rp 30 triliun untuk 12 juta pelaku UMKM dan ultra mikro. Kemudian, tambahan bantuan pembelian beras juga untuk 10 juta orang dengan anggaran Rp 4,6 triliun.


"Bansos tunai juga ditambahkan Rp 500 ribu dengan anggaran Rp 5 triliun. Dan bansos juga untuk gaji yang mereka berpendapatan di bawah Rp 5 juta yang targetnya bisa ke 13 juta orang dan anggarannya kira-kira Rp 31 triliun," paparnya.


Adapun total anggarannya untuk belanja ini semua mencapai Rp 203 triliun. Diharapkan konsumsi masyarakat bisa pulih sehingga daya beli juga terjaga.


Pemberian bansos tunai tersebut diharapkan mampu mendongkrak belanja konsumen sehingga dapat membangkitkan perekonomian. Maklum saja, konsumsi rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, pada kuartal II-2020 lalu kontribusinya ke produk domestik bruto (PDB) sebesar 57,85%.


Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51% year-on-year (YoY) di kuartal II lalu, yang akhirnya menjadikan PDB negatif, sehingga jika di kuartal III-2020 konsumsi rumah tangga tumbuh, peluang Indonesia lolos dari resesi semakin besar.


Sayangnya rupiah gagal mempertahankan momentum penguatan dan malah masuk ke zona merah. Pelaku pasar sepertinya kembali melihat risiko resesi yang akan dialami Indonesia.


Menteri Keuangan Sri Mulyani kemarin mengatakan masih ada kemungkinan perekonomian Indonesia di kuartal III-2020 tumbuh negatif, artinya Indonesia berisiko mengalami resesi.


 
 
 

Comments


bottom of page