top of page

Equityworld Futures Semarang : BI Beri Sinyal Tak Pangkas Bunga Acuan Lagi, Rupiah Bisa Kuat

  • Writer: PT Equityworld Futures Semarang
    PT Equityworld Futures Semarang
  • Jul 27, 2020
  • 2 min read

Equityworld Futures Semarang - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,1% pada melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.560/US$ pada perdagangan Kamis kemarin, setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan moneter.


Kebijakan BI tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini, Jumat (17/7/2020). Kemarin, BI memangkas lagi suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%, sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.


"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Youtube Resmi Bank Indonesia, Kamis (16/7/2020).


"Keputusan ini juga mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar," kata Perry.


Ekspektasi pemangkasan suku bunga BI sebelumnya membuat rupiah tertekan. Pada hari Rabu, rupiah merosot 1,39%.

Penurunan suku bunga dapat membantu perekonomian berputar lebih cepat dan segera bangkit dari kemerosotan akibat pandemi (Covid-19). Hal ini tentunya memberikan efek positif ke IHSG.


Di sisi lain saat suku bunga dipangkas, yield Surat Berharga Negara (SBN) tentunya juga akan menurun. Apalagi sepanjang tahun ini BI sudah memangkas suku bunga sebesar 100 bps.


Dengan inflasi yang rendah, 1,96% YoY di bulan Juni, pasar melihat adanya peluang BI kembali memangkas suku bunga di sisa tahun ini, belum lagi jika melihat defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang berpeluang membaik setelah necara dagang mencatat surplus di bulan Mei dan Juni.


Jika suku bunga kembali diturunkan, daya tarik investasi menjadi menurun, aliran modal ke dalam negeri berisiko seret, pasokan valas berkurang dan rupiah pun kehabisan "bensin".


Gubernur Perry saat ditanya peluang suku bunga kembali diturunkan memberikan pernyataan berbeda. Pada RDG bulan lalu, Perry mengatakan masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, tetapi kali ini ia menyebut tergantung dari data-data ekonomi.


"Bagaimana kebijakan suku bunga ke depan, akan kita lihat bagaimana pola pemulihan ekonomi dan dampaknya ke inflasi. Masa-masa pandemi Covid-19 kita harus sering cermati data terbaru untuk merespon suku bunga" kata perry.


Selain itu, Perry menekankan dalam kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu bagaimana dari aspek likuiditas dan pendaan, seperti quantitative easing yang sudah dilakukan BI.


Pernyataan tersebut memberikan gambaran BI mungkin tidak akan menurunkan suku bunga lagi di tahun ini. Rupiah pun punya peluang kembali melanjutkan penguatan.


Secara teknikal belum ada perubahan outlook rupiah setelah melemah tajam Rabu lalu. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas Rp 14.510/US$ yang kini menjadi support (tahanan bawah) terdekat.


Rupiah di awal pekan ini mencatat penguatan tipis, dan sebenarnya menjadi sinyal rupiah berpeluang melesat lagi di pekan ini.


Dilihat pada grafik candle stick harian Senin (13/7/2020) badannya (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas. Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.


Pola yang sama muncul pada Senin pekan lalu, dan rupiah akhirnya membukukan penguatan 0,62% secara mingguan dan menjadi mata uang terbaik kedua di Asia. Saat itu, puncak tail pola Shooting Star berada di level Rp 14.570/US$, dan sempat melewati level tersebut sehingga risiko pelemahan rupiah juga cukup besar.


 
 
 

Comments


bottom of page