Equityworld Futures Semarang : Harga Emas US$ 1.800/oz Masih Murah, Siap-siap ke US$ 10.000 !
- PT Equityworld Futures Semarang
- Jul 14, 2020
- 2 min read

Equityworld Futures Semarang - Harga emas dunia akhirnya melewati level psikologis US$ 1.800/troy ons pada perdagangan Rabu kemarin (8/7/2020), dan mencapai level tertinggi sejak 16 September 2011 alias dalam 9 tahun terakhir.
Untuk diketahui, rekor tertinggi sepanjang masa emas berada di US$ 1.920,3/troy ons yang dicapai pada 6 September 2011. Artinya, di bulan tersebut harga emas bergerak dengan volatilitas yang sangat tinggi, bahkan jika melihat data dari Refinitiv, hanya sehari setelah mencapai rekor tertinggi tersebut, emas ambrol hingga ke bawah level US$ 1.800/troy ons.
Sejak saat itu, baru kali ini emas kembali ke atas US$ 1.800/troy ons, sehingga ramalan emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa berpotensi besar menjadi nyata.
Laju kenaikan harga emas dunia masih belum terbendung, Kamis (9/7/2020) pukul 16:17 WIB emas diperdagangkan di level US$ 1.814,41/troy ons, menguat 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Emas sedang menjadi primadona di tahun ini akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat perekonomian global merosot ke jurang resesi, dan bank sentral di dunia menerapkan kebijakan moneter tidak biasa (unconventional). Kebijakan tersebut yakni program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
Sejak awal tahun hingga Rabu kemarin, emas sudah mencatat penguatan lebih dari 19%. Dengan ramalan emas akan memecahkan rekor, persentase penguatan tersebut tentunya akan jauh lebih besar lagi.
Di pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan akan kemungkinan terjadi peningkatan jumlah korban meninggal yang signifikan setelah terjadi akselerasi penambahan kasus Covid-19 di bulan Juni lalu.
Pelaku pasar kembali cemas akan kemungkinan diterapkannya kebijakan karantina (lockdown) lagi, yang berisiko membawa perekonomian global mengalami resesi yang dalam dan panjang.
Saat resesi panjang terjadi, kebijakan QE oleh berbagai bank sentral di dunia akan berlangsung lebih lama.
QE merupakan "bensin" bagi harga emas untuk terus menanjak. Pada tahun 2008 saat terjadi krisis finansial global dan setelahnya, bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) menerapkan QE yang membuat emas akhirnya mencetak rekor tertinggi Rp 1.920,3/troy ons pada September 2011.
Nilai aset yang dibeli The Fed bisa dilihat dari Balance Sheet. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka Balance Sheet The Fed akan semakin besar.
Pada periode 2008-2014 saat The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian akibat krisis finansial, nilai Balance Sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, Balance Sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
Itu baru The Fed, belum lagi bank sentral lainnya yang juga menerapkan QE dengan jumlah besar, bahkan beberapa bank sentral, seperti bank sentral Australia baru pertama kali menerapkan QE, bahkan Bank Indonesia.
news edited by Equityworld Futures Semarang
Commentaires