Equityworld Futures Semarang : Harga Emas Terbang Tinggi Bak Kembang Api Tahun Baru
- PT Equityworld Futures Semarang
- Jan 2, 2020
- 2 min read

Equityworld Futures Semarang - Pasar finansial dalam negeri mengakhiri tahun 2019 dengan bervariasi. Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir melemah, sementara rupiah trengginas hingga menyentuh level terkuat dalam satu setengah tahun, sementara obligasi Indonesia tenor 10 tahun berakhir stagnan.
Sebagai informasi, IHSG mengakhiri tahun lebih awal pada Senin (30/12/2019), sementara rupiah dan obligasi sehari setelahnya.
IHSG berakhir melemah 0,47% ke level 6.299,54 pada perdagangan Senin, sementara sepanjang tahun ini, bursa kebanggaan Tanah Air membukukan penguatan 1,7%.
Reli di bulan Desember menjadi penyelamat bursa kebanggaan Tanah Air. Total IHSG melesat 4,79%, sementara sepanjang Januari-November mengalami koreksi 2,95%.
Sepanjang tahun ini, terjadi net buy asing di semua pasar Rp 44,63 triliun, terdiri dari pasar reguler net sell Rp 23,39 triliun dan pasar nego dan tunai net buy Rp 68,02 triliun.
Sementara rupiah pada Selasa (31/12/2019) rupiah menguat 0,29% ke level Rp 13.880/US$ yang merupakan level terkuat sejak 7 Juni 2018.
Sepanjang 2019, rupiah berhasil menguat 3,44% ke level Rp 13.880/US$ di pasar spot melansir data Refinitiv. Dengan penguatan tersebut rupiah menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia, hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 7,95%, dan peso Filipina dengan penguatan 3,47%.
Jika dilihat mulai awal tahun rupiah sebenarnya sudah menunjukkan kinerja yang apik. Di awal Februari, rupiah sudah menyentuh level Rp 13.885/US$, level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat sepanjang tahun, sebelum berhasil dipecahkan pada perdagangan terakhir 2019 Selasa (31/12/2019) kemarin.
Setelah mencapai Rp 13.885/US$, rupiah perlahan memangkas penguatan dan akhirnya melemah di bulan Mei. Tetapi, rupiah tidak berlama-lama di zona merah, hanya dua pekan, di akhir Mei Sang Garuda kembali perkasa setelah S&P 500 menaikkan peringkat surat utang Indonesia menjadi BBB dari sebelumnya BBB-. Sejak saat itu Sang Garuda tidak pernah lagi merasakan zona merah secara year to date.
Dari pasar obligasi, yield harga surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun stagnan menjadi 7,098%. Sejak akhir 2018 hingga 31 Desember 2019, yield SUN tenor 10 tahun tahun mengalami penurunan 88,2 basis poin (bps). Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, di sepanjang tahun 2019 (hingga perdagangan hari Kamis, 26/12/2019) investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 171,59 triliun atas obligasi terbitan pemerintah Indonesia. Kesepakatan dagang fase I antara AS dengan China yang akan ditandatangani dalam waktu dekat masih menjadi penggerak utama pasar finansial dalam negeri menuju di akhir 2019. Dengan adanya kesepakatan dagang fase I dan akan berlanjut ke negosiasi fase II, perang dagang antara AS-China sudah mendekati akhir, dan pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit, sentimen pelaku pasar pun membaik.
news edited by Equityworld Futures Semarang
Comments